KOLOM 1


Edisi 02/03 - 14/Mar/1998
Wawancara Anas Urbaningrum:
"KNPI Merupakan Produk Dari Korporatisme Negara"

Baru-baru ini muncul pernyataan mengejutkan:  Jika pemerintah tidak suka dengan sikap kemandirian KNPI, lebih baik KNPI dibubarkan saja. Demikian kira-kira kata Ketua Umum  KNPI  Maulana  Isman. Alasannya,  KNPI  itu dibentuk oleh pemerintah.  "Kalau  sekarang tidak perlu lagi, bubarkan saja," katanya seperti dikutip  Media Indonesia, Sabtu, 7 Maret lalu.
Menurut Maulana, KNPI telah berusaha menunjukkan  kemandiriannya. Sehingga  ia tidak mau terjebak pada diskursus  pemilihan  pemimpin nasional. Tapi itu bukan berarti takut atau menunggu hasil sidang umum. Tapi  merupakan bentuk protes  terhadap  keadaan  yang sedang berlangsung.  "Setelah mendengar  dan mengkaji  aspirasi rakyat  yang berkembang dan demi kepentingan  bangsa  dan serta rakyat Indonesia, DPP KNPI menyatakan mengambil sikap diam," kata Maulana. Tak ada dukung-mendukung, dan sebagainya.
Untuk melihat masalah KNPI ini, Mustafa Ismail dari TEMPO Interaktif mewawancarai salah satu tokoh muda, Anas Urbaningrum, Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB-HMI) lembaga yang juga merupakan salah  satu elemen KNPI. Wawancara berlangsung, Selasa, 10 Maret lalu,  di kantor PB HMI Jalan Diponegoro Jakarta Pusat. Betikut petikannya:

Bagaimana Anda menanggapi pernyataan Maulana Isman itu?
Terus terang saya kaget. Selama ini kan KNPI yang sudah berjalan sekian  waktu itu belum banyak melakukan  proses produksi  bagi pengembangan dinamika kepemudaan. Serta produksi isu-isu  strategis di berbagai dimensi kehidupan kebangsaaan kita. Beberapa hari lalu ada statemen, yang intinya bubarkan saja KNPI kalau tidak ingin  KNPI itu mandiri. Saya ingin bertanya  juga,  sejak kapan KNPI itu ingin mandiri? Karena menurut saya, KNPI merupakan produk dari kebijakan korporatisme negara.
KNPI  kan dibentuk seperti  PWI, seperti HKTI, HNSI, dan banyak hal yang lain. Ini sebetulnya  merupakan pengkaplingan-pengkaplingan politik  yang dilakukan negara pada sektor-sektor masyarakat untuk melakukan pengendalian. Jadi ya sebetulnya kemandirian itu sejak kapan. Itu  yang  kemudian  bikin heran. Dan saya  juga  belum  melihat selama kepemimpinan  Maulana ini ada event-event  yang  diciptakan secara kolektif oleh mereka, yang menunjukkan kemandirian politik itu.
HMI  sebagai  salah satu elemen dibawah  KNPI  apakah  tidak melakukan desakan untuk kemandirian itu?

Ya,  di setiap  kongres pemuda kami  kan  menyampaikan pandangan-pandang kritis tentang bagaimana KNPI memperbaiki jati  dirinya. Intinya saya kira, KNPI sekarang ini kan mengalami krisis. Krisisnya berasal dari dua arah. Arah yang pertama  adalah dari pemerintah sendiri yang selama ini melahirkan KNPI. Harga politik KNPI,  saya kira, di mata pemerintah itu beberapa  tahun terakhir mengalami kemerosotan. Itu satu hal.
Kedua,  citra  KNPI  di mata pemuda dan mahasiswa  itu  kan juga mengalami kemerosotan. Jadi saya kira, KNPI sekarang  ini dalam posisi yang sulit. Yang penting bagi saya  sebenarnya bagaimana  citra itu dibangun, terutama dari bawah dengan memposisikan KNPI sebagai penyuara aspirasi di kalangan mahasiswa  dan pemuda.  Saya  tidak banyak melihat itu dilakukan  oleh pengurus KNPI  hari ini. Kalau kemudian beberapa hari yang lalu  berteriak seperti itu (minta dibubarkan -red), ya kita jadi  bertanya-tanya ada apa ini. Itu yang saya kira harus dijawab oleh penggede  KNPI sana.

Secara historis, bagaimana sebenarnya pembentukan KNPI itu?
Inisiatifnya, saya kira, secara politis dari pemerintah. Tapi bahwa kemudian bekerja  sama atau  berpartner  dengan  aktivis-aktivis mahasiswa  dan pemuda waktu itu, iya. Tetapi kalau  kita  melihat kerangkanya adalah kerangka korporatisme, nonsens kalau inisiatifnya  itu  dari kalangan aktivis mahasiswa atau  pemuda. Bahwa kemudian ide itu disosialisir dan kemudian berkembang di kalangan mahasiswa  dan kemudian membentuk komite nasional pemuda Indonesia, itu kan prosesnya. Tetapi yang lebih berkepentingan terhadap komite itu, saat itu, adalah pemerintah.
Kemudian diakomodir oleh Kelompok Cipayung?
Bukan kelompok Cipayung. Saya kira lebih tepat dikatakan aktivis mahasiswa dan pemuda.
Apa  agenda penting yang dibawa KNPI, sampai sejumlah  organisasi pemuda ikut bernaung dibawah KNPI termasuk HMI?
Ada  rumus  begini: Kalau tidak bisa  mendapatkan  semua, jangan ditinggalkan semua. Dan itu sangat masuk akal. Sebetulnya tidak salah, yang namanya postur KNPI itu sekarang nggak salah. Organisasi yang namanya KNPI itu nggak ada problem. Yang dipertanyakan kan fungsi dan perannya. Dan saya kira ada tendensi kuat juga dari  pemerintah  sekarang ini untuk menjadikan KNPI  itu lebih mandiri.  Tidak banyak, saya kira, kalau secara riil campur  tangan pemerintah  terhadap aktivitas-aktivitas KNPI, itu apa sih.  Nggak ada saya kira. Tapi karena kemudian tidak ada etos di dalam  KNPI sendiri  untuk mengekpresikan kemandiriannya, itu  yang  menjadi problem.  Persoalannya lebih pada mentalitas,  bukan  struktural. Mentalitas yang ada di KNPI itu sendiri yang perlu di ini  (dikoreksi-red).

Maksud Anda mentalitas pimpinannya?
Kolektif.  Saya  tidak ingin membebankan ini pada  seorang  ketua umum DPP KNPI. Saya kira kolektif persoalannya.

Jadi bagaimana sikap HMI dengan pernyataan Maulana Isman itu?
Saya  kira  kalau mau dibubarkan, nggak ada  problem.  Nggak ada masalah. Saya kira itu ada aturan mainnya di KNPI sendiri bagaimana bubar. Setiap organisasi kan ada mekanismenya sendiri.

Pentingnya KNPI itu apa sih?
Bukan  KNPI-nya  sebetulnya.  Kalau  fungsinya  berjalan menjadi penting. Fungsi KNPI itu kan khittahnya sebagai forum berhimpun dari pemuda Indonesia. Nah, forum berhimpun itu tentu saja  harus dimaknai  sebagai satu sebagai forum untuk menjaga ukhuwah  politik. Ukhuwah sosial diantara berbagai potensi pemuda yang  sangat beragam  ini. Kedua, bisa menjadi forum bagi lalu lintas ide  dan transaksi gagasan-gagasan bagi pengembangan kepemudaan di Indonesia  yang lebih baik, lebih dinamis, lebih konstributif.

Ketiga, bagaimana KNPI itu mampu memberikan kontribusinya untuk menyuarakan aspirasi orang-orang muda di Indonesia. Aspirasi  orang-orang muda  itu bagi saya penting karena, lazimnya lebih  murni,  lebih objektif, lebih jujur, lebih tulus, dan relatif bebas dari  tendensi-tendensi politik sesaat. Jadi penting sekali kalau fungsi-fungsi ini bisa diaktualisir oleh KNPI.
Bukankah  mahasiswa atau pemuda punya organisasi-organisasi  sendiri, misalnya  HMI,  PMII dan sebagainya.  Apalagi  HMI  dengan beberapa organisasi lainnya punya Kelompok Cipayung. Dalam  konteks ini sejauh mana KNPI berperan?
Ya. Saya berpendapat, semakin banyak forum semakin banyak komunitas yang lebih  besar untuk menyuarakan  bersama-sama,  itu  lebih baik. Ada KNPI, ada Cipayung, ada Gemuis, ada FKPI dan yang lain-lain.  Itu kan semakin bagus. Misalnya ada isu yang sama,  isu  A. Itu  disuarakan Kelompok Cipayung. Kemudian pada  saat  bersamaan disuarakan  oleh  KNPI, disuarakan oleh Gemuis,  disuarakan  oleh FKPI, disuarakan  oleh forum-forum lain-lainnya. Saya kira  itu lebih bagus. Lebih kuat daya politiknya untuk mendesakkan aspirasi itu bisa diterima sebagai suatu hal yang wajar. Kalau sendirian saya kira susah.

Kalau  Anda  mengatakan KNPI adalah bentuk  korporatisme  negara, apakah campur tangan pemerintah begitu kuat?
Korporatisme  negara  itu harus dilihat dalam  konteks  historis. Pada konteks fungsinya kan harus dipahami secara  dinamis. Saya kira  sekarang ini secara riil saya bisa mengatakan bahwa campur tangan kekuasaan terhadap KNPI, saya kira, sangat minim. Jadi tidak seketat  yang  dibayangkan,  bahwa KNPI ini harus begini  harus begitu.
Dan itu saya kira tidak kemudian berhadap-hadapan  kekuatan-kekuatan kepemudaan yang lain. Yang dipentingkan sebenarnya  kan bukan organisasi, bukan strukturnya. Yang saya kira  dipentingkan adalah  isyu, aspirasi atau agenda-agenda yang dibawa,  yang  diperjuangkan.  Itu yang lebih penting.

Jadi pembicaraan kita  yang bisa  menjadi  platform  untuk mempertemukan kekuatan-kekuatan kepemudaan  yang berserakan, beragam itulah  agenda, isyu.  Plat form-nya di sana. Common plat form-nya. Kalau struktural dan organisasional, saya kira nggak akan ketemu.

Katanya sekarang KNPI tidak dimasukkan dalam GBHN 1998-2003?
Nggak  ada problem. Saya kira justru itu bisa  lebih  bagus. Yang pertama, kalau secara positif saya memahaminya sebagai upaya untuk mencairkan atau melunakkan tendensi korporatisme itu. Jadi kalau memahaminya demikian, itu sebenarnya bisa menjadi  entry point  bagi  upaya untuk membangun kemandirian yang  lebih tegak dari KNPI. Disebut atau tidak disebut dalam GBHN saya kira  bukan problem  yang serius. Justru kalau kemudian KNPI mampu  memainkan kiprahnya  yang  lebih  bagus itu akan membangun  citra sejarah tersendiri.

Artinya itu KNPI bukan ditinggalkan?
Ditinggalkan oleh siapa? Saya kira konteksnya bukan ditinggalkan. Selama ini kan memang agak aneh KNPI disebut di sana. Yang namanya PPP  atau  Golkar saja nggak disebut. PDI  nggak disebut.  Yang disebut kan partai politik dan golongan karya. Ini Komite Nasional  Pemuda  Indonesia disebut. Saya kira, yang di GBHN  itu  kan proporsionalisasi  saja.  Konon khabarnya disebut  Komite Nasional  Pemuda. Itu saya kira sudah sangat cukup. Sudah  sangat absah  dan otoritatif. Seperti Komnas HAM lah ya,  disebut juga Komisi  Nasional  tentang Hak Asasi  Manusia.  Bukan  eksplisit disebut, KNPI, Komnas HAM, PPP, PDI, nggak disebut seperti itu.

Apakah desakan pembubaran KNPI ini karena mereka merasa ditinggalkan atau tak dipentingkan lagi oleh pemerintah?
Yang  merasa begitu menurut saya adalah cermin  orang-orang  yang tidak percaya  diri. Atau orang-orang minder. Kenapa  sih  kalau ditinggalkan.  Kalau pun ditinggalkan kenapa? Nggak  ada  problem kan.  Justru itu akan lebih mandiri kalau mampu  menegakkan  jati dirinya sendiri pada konteks organisasi itu. Dan menurut  saya, pemikiran untuk meninggalkan  organisasi kemahasiswaan atau kepemudaan  itu adalah pemikiran yang salah sama  sekali.