TOKOH 1


Lebih Dekat Dengan Akbar Tandjung
23 Maret 2009
Ini dia politisi kawakan itu. Tetap gagah perkasa meski digasak lawan-lawan politiknya. Naluri politiknya terus mengalir meski tidak lagi duduk sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Setidaknya, itu mewujud dalam sebuah lembaga yang didirikan bersama teman-temannya yang kemudian diberi nama Akbar Tandjung Institute. Lembaga ini ia dirikan tak berapa lama setelah berhasil meraih gelar doktor ilmu politik dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Akbar mendambakan lembaga yang dibentuknya itu menjadi wadah tempat belajar sosial-politik yang bersih. Pelbagai kegiatan seperti diskusi, penerbitan buletin, pendidikan dan pelbagai pencerahan politik lainnya mengisi agenda kegiatan di lembaga ini.
Sementara itu, disertasinya yang berjudul “Partai Golkar dalam Pergolakan Politik Era Reformasi: Tantangan dan Respons” mendapat predikat cum laude, dan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “The Golkar Way: Survival Partai Golkar Di Tengah Turbolensi Politik Era Transisi”.  Tentu ini sebuah pencapaian yang luar biasa. Dalam disertasinya itu, Akbar menuangkan ulasannya bagaimana Partai Golkar mampu bertahan di antara hujatan dan ancaman pembubaran dan transisi politik tak menentu. Prestasi akademisnya itu menegaskan kepiawaian Akbar di ranah yang lainnya, ranah akademis.

Berjiwa Pemimpin
Ketua DPR RI periode 1999-2004 ini memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat (SR) Medan. Pernah juga mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah Sorkam, Tapanuli Selatan. Dari Medan, Akbar hijrah ke Jakarta, setamat SR. Di ibukota ini Akbar melanjutkan pendidikannya. SMP Perguruan Cikini dan SMA Kanisius – Jakarta adalah sekolah tempat Akbar menempuh pendidikan lanjutannya.
Setamat SMA, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) menjadi pilihan pendidikan Akbar untuk jenjang pendidikan tingginya. Dari sinilah langkah karir politik Akbar mulai bersemi. Dimulai pada 1996, saat Akbar mulai aktif dalam gerakan mahasiswa, tepatnya pada saat pengganyangan G-30-S PKI, Akbar mulai aktif dalam gerakan mahasiswa, melalui Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia Universitas Indonesia (KAMI-UI) dan Laskar Ampera – Arief Rahman Hakim. Berikutnya, tahun 1967-1968, Akbar terpilih sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Lalu pada 1968, Akbar aktif dalam Dewan Mahasiswa UI, dan sebagai Ketua di Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UI.
Seiring bertambahnya tahun, bertambah pula pengalaman organisasi Akbar. Pada 1969-1970, Akbar duduk sebagai Ketua Umum HMI Cabang Jakarta. Dua tahun kemudian, 1972-1974, kursi Ketua Umum Pengurus Besar HMI berada di pundaknya. Kesibukannya sebagai Ketua Umum PB HMI tak membuatnya menutup mata untuk aktif di organisasi lainnya.

Maka, pada 1972, Akbar ikut mendirikan Forum Komunikasi Organisasi Mahasiswa Ekstra Universiter (GMNI, PMKRI, PMII, GMNI, HMI) dengan nama Kelompok Cipayung. Berikutnya, pada 1973, Akbar ikut mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI). Dan pada 1978-1981, Akbar menjadi Ketua Umum DPP KNPI. Pada tahun yang sama, 1978, Akbar ikut mendirikan Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI). Dan selanjutnya, pada 1978-1980, Akbar didaulat menjadi Ketua DPP Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI).
Pergumulannya dan juga prestasi gemilangnya memimpin banyak organisasi menjadi jalan mulus baginya untuk melaju berkarir di jalur politik. Maka, pada 1983-1988, Akbar dipercaya menduduki posisi Wakil Sekretaris Jenderal DPP GOLKAR. Dalam perjalanannya, nama Akbar kian menjulang ketika ia duduk di kursi DPR/MPR RI. Rentang waktu antara 1997-2004, Akbar malang melintang di kursi wakil rakyat itu. Dimulai pada 1977-1988, Akbar menjadi anggota FKP DPR RI mewakili propinsi Jawa Timur.
Lalu pada 1982-1983, posisinya melesat naik sebagai Wakil Sekretaris FKP DPR RI. Berikutnya, pada 1987-1992, karirnya merambah ke kursi MPR RI dengan posisi sebagai Sekretaris FKP-MPR RI dan anggota Badan Pekerja MPR RI. Di posisinya ini ia bertahan hingga periode berikutnya, 1992-1997.
Karirnya di pemerintahan terus merangkak naik pada tahun-tahun berikutnya. Dari posisinya sebagai Sekretaris di FKP MPR RI, selanjutnya Akbar duduk sebagai Wakil Ketua FKP MPR RI dan Wakil Ketua PAH II, pada 1997-1998. Dari kursi wakil rakyat, selanjutnya Akbar melenggang ke pusat kekuasaan. Pengalamannya di lembaga pemerintahan dimulai pada 1988-1993. Pada rentang waktu ini Akbar duduk sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga di Kabinet Pembangunan V.
Berikutnya, pada 1993-1998, Akbar duduk sebagai Menteri Negara Perumahan Rakyat, yaitu pada Kabinet Pembangunan VI. Pada 1998 Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman. Kabinet Pembangunan VII. 1998-1999 Menteri Sekretaris Negara, Kabinet Reformasi Pembangunan.
Tahun 1999 Akbar terpilih sebagai Ketua Umum DPP Golkar. Maka, jabatan sebagai Mensesneg yang disandangnya saat itu dilepas. Puncak karirnya sebagai wakil rakyat terjadi pada 1999-2004 ketika Akbar duduk sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Segenap karir dan pengalaman panjang organisasi Akbar, barangkali tak terlalu berlebihan jika, seperti dilansir Denny JA dalam situs www.lsi.co.id, saat ini tak ada figur politik yang sehebat Akbar Tandjung. Terlebih jika itu semata dilihat dari leadership dan kapabilitas memimpin partai. Akbar – tulis situs itu lebih lanjut – memimpin Golkar di saat yang sulit. Bahkan dirinya sendiri terkena kasus hukum. Kesediannya berkorban untuk kasus Bulog jilid 2, serta kerajinannya turun ke daerah, membuat Golkar dapat bertahan.

Pengalaman Internasional
Kiprah Akbar di berbagai organisasi meluas hingga ke jalur internasional. Pengalaman internasionalnya dimulai pada tahun 1972. Pada tahun ini Akbar mengikuti Asia & Pacific Students Leaders Program – USA Departement of State, yang berlangsung selama tiga bulan. Lalu pada 1974, Akbar kembali dengan pengalaman internasional lainnya. Pada tahun ini Akbar mengikuti pertemuan Majelis Pemuda Sedunia (World Assembly of Youth) di Nakhadka, Rusia.

Pada 1988, Akbar memimpin delegasi Indonesia dalam pertemuan Menteri-Menteri Olahraga Sedunia di Moskow. Dua tahun berikutnya, tahun 1990, Akbar memimpin delegasi Indonesia dalam Dialog Malaysia Indonesia (Malindo), di Kuala Lumpur. Tahun 1995, Akbar mengikuti Seminar Federasi Real Estat Sedunia (FIABCI), di Paris, Perancis. Setelah satu tahun dari Paris, pada 1996, Afrika menjadi tempat pengalaman internasional Akbar berikutnya. Di negara ini Akbar mengikuti Kongres Habitat II di Nairobi, Afrika.
Pengalaman internasionalnya berlanjut di Hanoi saat mengikuti KTT ASEAN pada 1998. Satu tahun berikutnya, Yordania menjadi tempat pengalamannya berikutnya. Pada 1999, Akbar memimpin delegasi untuk mengikuti sidang Inter-parliamentary Union (IPU) di Yordania, pada bulan Oktober. Pada 2000, Akbar memimpin delegasi pada sidang Inter-parliamentary Union (IPU) di Jakarta. Pada tahun yang sama Akbar memimpin delegasi pada Sidang AIPO di Singapura. Tahun 2001, Akbar memimpin delegasi pada Konferensi Ketua-Ketua Parlemen Sedunia, di kota New York. Juga memimpin delegasi pada Sidang AIPO di Thailand, pada tahun yang sama. Dan pada 2002, Akbar memimpin delegasi pada Sidang AIPO di Vietnam.

Penghargaan dan Kehidupan Pribadi
Buah dari kiprahnya di banyak organisasi mengantarkan Akbar memperoleh banyak penghargaan. Pada 1992 Akbar memperoleh penghargaan Bintang Mahaputra Adi Pradana dari pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya, pada 1996, Akbar memperoleh penghargaan Kruis in de Orde van Oranje-Nassau dari pemerintah Kerajaan Belanda. Lalu, pada 1998, Akbar memperoleh Bintang Republik Indonesia dari pemerintah Republik Indonesia.
Dari pernikahannya dengan Krisnina Maharani, Akbar dianugerahi empat orang anak, semuanya perempuan: Fitri Krisnawati, Karmia Krissanty, Triana Krisandini, dan Sekar Krisnauli. (fin/ diolah dari berbagai sumber)  [lihat sumber aslinya]